Selasa, 24 Juli 2012

Tebang Hutan VS Lestarikan Hutan


Hutan adalah penopang kehidupan. Dalam hutan berkembang sistem ekologi membentuk jejaring kehidupan antara makhluk Ilahi yang saling berkaitan dan membutuhkan. Hutan juga menangkap curah hujan yang dihimpunkan dalam tanah untuk keluar menjadi mata air yang mengalir sebagai sungai dan alur air tanah ke laut. hutan juga menangkap energi matahari dalam klorofil dedaunan, menyerap karbon dan melepaskan oksigen bersih ke udara untuk mengisi nafas kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Hutan menyimpan tenaga sinar matahari dalam dedaunan yang bila dimakan manusia dan hewan menjadi energi kehidupan.

Jika manusia menghadapi pilihan antara "tebang hutan untuk memperoleh tanah bagi pembangunan" dan "lestarikan hutan untuk menopang kehidupan makhluk" sejarah manusia selama ini membuktikan bahwa yang dipilih adalah "menebang hutan". 

mengapa peranan dan jasa hutan bagi kehidupan terdesak ke belakang? Karena jasa-jasa lingkungan khususnya hutan adalah barang publik. siapakah "publik" itu? berbeda dengan kelompok pengusaha swasta yang konkret bisa ditunjuk. Yang menebangi hutan untuk dijadikan lahan perkebunan, pertambangan, pertanian, industri dan sebagainya. "Publik" adalah semua anggota masyarakat. Semua itu tidak berwujud konkret sehingga tidak bisa ditunjuk batang hidungnya.

Apabila dalam masyarakat posisi kelompok madani lebih lemah dari kelompok pengusaha dan kelompok eksekutif pemerintahan, "kepentingan umum" sering terbelakangkan oleh "kepentingan kelompok pengusaha dan polisi pengambil kebijakan".

Di pulau Kalimantan saja Satgas Mafia Hukum Kemhut menemukan penyerobotan areal hutan seluas 13,14 juta Ha oleh berbagai perusahaan pertambangan dan perkebunan. 

Akankah "publik" yang mendapatkan jasa-jasa lingkungan khususnya hutan tinggal diam hingga "bila pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah ditangkap, dan sungai terakhir telah mengering, baru kita sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan".  

Tulisan di atas saya sadur dari Majalah Jendela Tahun VI Edisi 23 yang ditulis oleh bapak Emil Salim. dan saya berpikir...bila mana "publik" tersebut menjadi konkrit (bisa ditunjuk batang hidungnya) dan mempertahankan kelestarian hutan untuk kita bersama. mungkinkah sejarah akan berubah? 

Tunjukkan batang hidung mu di Greenweb Indonesia... (green.web.id)

Senin, 16 Juli 2012

Kakek Penyelamat Pasir Putih

Kakek (90) menyelamatkan pasir


Saat berwisata ke Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. saya bertemu dengan seorang kakek berumur 90 tahun sedang memindahkan pasir pantai dari daerah yang rawan terkena abrasi ke daerah yang lebih aman. 

Sang kakek sudah melakukan kegiatan ini setiap hari selama 3 bulan dari pukul 6 - 10 pagi. dirinya mengaku prihatin melihat keadaan pantai pasir putih Pulau Untung Jawa yang kian terkikis ombak dan sampah di laut yang 1 tahun belakangan ini mulai mengotori pantainya.

"dulu daerah di sini bagus untuk wisata, pasir putih ini merupakan anugerah tuhan yang harus di jaga" kata sang kakek. sang kakek sendiri merasa kecewa dengan pemerintah setempat yang tidak mempedulikan kelestarian daerahnya.

semangat sang kakek selalu ada karena meniatkan kegiatan sehari-harinya itu untuk beribadah kepada sang Maha Pencipta. "kalau diniatkan sebagai ibadah saya jadi semangat" tuturnya. 

kami (saya dan 3 orang teman) sempat membantu sang kakek memindahkan pasir-pasir tersebut selama 1 jam (dari jam 7-8) dan sangat melelahkan. herannya ada beberapa orang muda yang nganggur di sana tidak membantu sang kakek. 

kerja keras, tanpa dibayar memang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu yang yakin dan percaya serta iklas demi hidup yang lebih bermakna. 

Jumat, 13 Juli 2012

SENJA DIRINDU ALAMKU


by Sang Pemulung on Monday, August 1, 2011 at 5:47pm
Ada jerit - jemerit dibatinku
Ada tetes - temetes air dimataku
Ada getar dan kelu dilidahku
Namun tak satupun kata terucap dibibir ku

             Ingin rasanya aku berteriak memanggil kawanku
             Dimana engkau riuh - rimbun pohon - pohon ku
             Dimana engkau ciat - cemiat kalong ku
             Dimana engkau cicit - cemicit emprit ku
             Deret - demeret kuntul ku
             Kepak sayap bangau ku

Kembalilah kepadaku sahabat
Kembalilah kawan ku
Betapa aku merindukan mu
Haruskah engkau seperti elang - elangku yang kini tinggal cerita
dan dongeng belaka dikalangan anak cucuku ?

            Dijamah nafsu serakah engkau punah
            Digenggam tangan jahanam nasibmu kelam
            Diwajah angkuh engkau terengkuh
            Kau luka
            Kau tersiksa
            Kau teraniaya
            Kau binasa

Ciat - cemiat kalong
Cicit - cemicit emprit
Deret - demeret kuntul
Kepak bangau pekik elang
Kini semua telah hilang
Seiring rimba belantara
                                    Sebagai peraduannya
                                    Sebagai singgasananya
Hancur lebur dan telah dalam - dalam terkubur
Sementara aku hanya mampu terpaku dan diam membisu
Senada senja dirindu alamku

NB: Ditulis oleh seorang pemulung bernama Kasyub Sadira yang juga seorang penggiat lingkungan di kawasan Tugu, Depok. 

Senin, 09 Juli 2012

Surat Dari Tahun 2070


Aku baru berusia 50 tahun, tapi penampilanku seperti seseorang berumur 85 tahun.
Aku menderita gangguan ginjal serius, karena aku tidak minum cukup air.
Aku takut aku tidak punya banyak waktu lagi untuk hidup.
Aku adalah salah satu orang tertua di masyarakat ini.
Aku ingat ketika aku masih anak berumur 5 tahun,
Semuanya tampak berbeda.

Ada banyak pohon di taman, rumah dengan kebun yang indah,
dan aku bisa menikmati mandi selama setengah jam.
Saat ini kami menggunakan handuk dengan minyak mineral untuk membersihkan kulit kami.

Sebelumnya, wanita memiliki rambut yang indah.
Sekarang, kami harus mencukur kepala untuk menjaganya tetap bersih tanpa menggunakan air.
Lalu, ayahku dulu mencuci mobilnya dengan air yang keluar dari selang.
Sekarang, anakku tidak percaya bahwa air dapat digunakan dengan cara seperti itu.

Aku ingat bahwa dulu ada peringatan
HEMAT AIR !
di poster-poster, radio dan TV , tapi tidak diperhatikan. Kami pikir air
akan selalu tersedia untuk selamanya.
Sekarang, semua sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah kering atau terkontaminasi.
Industri hampir berhenti dan pengangguran mencapai proporsi yang dramatis.
Desalinasi tanaman merupakan sumber utama tenaga kerja,
dan pekerja menerima sebagian dari gaji mereka dalam bentuk air minum.

Serangan bersenjata di jalanan untuk satu jerigen air sangat umum terjadi.
dan 80% makanan saat ini adalah sintetik.
Sebelumnya, jumlah yang direkomendasikan untuk minum air untuk orang dewasa adalah 8 gelas per hari.
Saat ini, aku hanya diperbolehkan minum setengah gelas per hari.
Kami sekarang harus mengenakan pakaian sekali pakai,
dan ini meningkatkan jumlah sampah.

Kami menggunakan septic tank sekarang, karena sistem pembuangan limbah tidak bekerja karena kurangnya air.
Tampilan luar dari populasi sungguh mengerikan:
berkerut, tubuh kurus karena dehidrasi, penuh luka yang disebabkan
oleh radiasi ultra violet yang sekarang lebih kuat tanpa perisai pelindung dari lapisan ozon.
Kanker kulit, infeksi gastrointestinal dan saluran urine adalah penyebab utama kematian.
Karena pengeringan yang berlebihan kulit orang-orang muda yang berusia 20 tahun terlihat seperti 40 tahun.

Ilmuwan menginvestigasi, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini.
Air tidak dapat diproduksi, oksigen juga terdegradasi akibat kurangnya pepohonan dan vegetasi,
dan kapasitas intelektual generasi baru sangat terganggu.
Morfologi spermatozoa pada pria telah berubah banyak.
Akibatnya, bayi dilahirkan dengan defisiensi, mutasi dan kelainan bentuk fisik.
Pemerintah mengharuskan kami membayar udara yang kami hirup,
137 m3 per hari untuk setiap orang dewasa.

Orang-orang yang tidak mampu membayar akan diusir dari "zona yang berventilasi"
zona berventilasi berupa paru-paru mekanik yang sangat besar dengan tenaga matahari.
Udara tidak berkualitas baik, tapi setidaknya orang bisa bernapas.
Di beberapa negara, di mana masih ada beberapa zona hijau dilintasi oleh sungai,
tempat ini dijaga oleh tentara bersenjata berat.
Air menjadi harta yang sangat didambakan, lebih berharga daripada emas dan berlian.
Di mana aku tinggal, tidak ada pepohonan, karena jarang sekali hujan.
Ketika terjadi presipitasi, itu adalah hujan asam.

Musim telah terpengaruh oleh uji atom dan oleh kontaminasi dari polusi industri abad ke-20 .
Kami telah diperingatkan untuk menjaga lingkungan, tapi tak ada yang peduli.
Anakku bertanya: Ayah! Mengapa tidak ada air?
Kemudian, aku merasakan ada yang mengganjal di tenggorokanku!
Aku tak bisa menahan rasa bersalah, karena
aku termasuk pada generasi yang berkontribusi menyebabkan kerusakan lingkungan

Sekarang anak-anak kami harus membayar harga yang sangat tinggi!
Aku sangat percaya bahwa dalam waktu yang singkat kehidupan di bumi tidak akan bertahan lagi,
kerusakan alam saat ini mencapai tahap yang tidak dapat diubah.
Bagaimana aku ingin kembali dan membuat manusia mengerti …
Bahwa kita masih punya waktu untuk menyelamatkan Planet Bumi kita.

NB: sebuah tulisan di majalah Prancis.