Hutan adalah penopang kehidupan. Dalam hutan berkembang sistem ekologi membentuk jejaring kehidupan antara makhluk Ilahi yang saling berkaitan dan membutuhkan. Hutan juga menangkap curah hujan yang dihimpunkan dalam tanah untuk keluar menjadi mata air yang mengalir sebagai sungai dan alur air tanah ke laut. hutan juga menangkap energi matahari dalam klorofil dedaunan, menyerap karbon dan melepaskan oksigen bersih ke udara untuk mengisi nafas kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Hutan menyimpan tenaga sinar matahari dalam dedaunan yang bila dimakan manusia dan hewan menjadi energi kehidupan.
Jika manusia menghadapi pilihan antara "tebang hutan untuk memperoleh tanah bagi pembangunan" dan "lestarikan hutan untuk menopang kehidupan makhluk" sejarah manusia selama ini membuktikan bahwa yang dipilih adalah "menebang hutan".
mengapa peranan dan jasa hutan bagi kehidupan terdesak ke belakang? Karena jasa-jasa lingkungan khususnya hutan adalah barang publik. siapakah "publik" itu? berbeda dengan kelompok pengusaha swasta yang konkret bisa ditunjuk. Yang menebangi hutan untuk dijadikan lahan perkebunan, pertambangan, pertanian, industri dan sebagainya. "Publik" adalah semua anggota masyarakat. Semua itu tidak berwujud konkret sehingga tidak bisa ditunjuk batang hidungnya.
Apabila dalam masyarakat posisi kelompok madani lebih lemah dari kelompok pengusaha dan kelompok eksekutif pemerintahan, "kepentingan umum" sering terbelakangkan oleh "kepentingan kelompok pengusaha dan polisi pengambil kebijakan".
Di pulau Kalimantan saja Satgas Mafia Hukum Kemhut menemukan penyerobotan areal hutan seluas 13,14 juta Ha oleh berbagai perusahaan pertambangan dan perkebunan.
Akankah "publik" yang mendapatkan jasa-jasa lingkungan khususnya hutan tinggal diam hingga "bila pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir telah ditangkap, dan sungai terakhir telah mengering, baru kita sadar, bahwa uang tidak bisa dimakan".
Tulisan di atas saya sadur dari Majalah Jendela Tahun VI Edisi 23 yang ditulis oleh bapak Emil Salim. dan saya berpikir...bila mana "publik" tersebut menjadi konkrit (bisa ditunjuk batang hidungnya) dan mempertahankan kelestarian hutan untuk kita bersama. mungkinkah sejarah akan berubah?
Tunjukkan batang hidung mu di Greenweb Indonesia... (green.web.id)