Kamis, 15 Agustus 2013

Zakat

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka" (Q.S At-Taubah 103)

Kesenjangan sosial di negara Indonesia amatlah besar, kenapa ya?... waktu teman saya dari Jepang bernama Mari Kato datang. hal yang paling menyita perhatiannya adalah kesenjangan sosial. "di Jepang jarak antara miskin dan kaya tidak setinggi di Indonesia" ujarnya. keluar dari Mall yang harga barang2nya selangit di pinggiran Mall sudah tergeletak para pengemis. itulah pemandangan yang dilihat teman Jepang saya.  

sungguh aneh memang, padahal dalam ajaran agama Islam sudah ada Zakat sebagai sistem untuk mengatur rizki agar tidak sampai terjadi hal demikian. apakah fenomena kesenjangan yang besar ini akibat kurangnya orang-orang mengeluarkan zakat? padahal zakat itu adalah kewajiban ke-4 setelah syahadat, sholat dan puasa bagi umat islam. 

macam-macam zakat:
1. Zakat Fitrah/fidyah
dibayarkan paling akhir saat tenggelam matahari di akhir bulan ramadhan, boleh juga dibayar di awal-awal. jumlahnya 3,5 liter beras (makanan pokok) dan uang yang setara dengan itu.

2. Zakat Maal
Zakat harta yang telah dimiliki lebih dari 1 tahun (hasil pertanian/perniagaan/harta temuan/perhiasan) sebesar 2,5%.

3. Zakat Profesi 
Bila gaji dari profesi lebih besar dari 520 kg harga beras (520x5500= 2860.000). yang dizakatkan sebesar 2,5%

4. Zakat Tabungan
nisabnya senilai 85 gr emas. misal (harga emas 1gr=100 ribu) maka nisabnya 8.500.000. bila tabungannya lebih dari selama 1 tahun dari jumlah simpanan terendah, wajib zakat sebesar 2,5%. 

5. Zakat Investasi
misalnya (rental mobil, rumah kontrakkan, sewa kantor dll). penghasilan kotor 10% atau penghasilan bersih 5%

6. Zakat hadiah
1). jika hadiah dari hal yang tidak terduga maka sebesar 20%. misalnya hadiah mobil dari undian di bank
2). jika hadiah dari hasil yang sudah diharap-harap maka 2,5%. misalnya hadiah karena kerja keras dari kantor lalu kantor memberi hadiah mobil. 

Orang yang berhak menerima zakat:

 1. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)
2. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)
3. Riqab (hamba sahaya atau budak)
4. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)
5. Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
6. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
7. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)
8. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)


==================================================
Hmmm.....Fisabilillah berhak menerima zakat. orang2 yang berjuang membela lingkungan hidup fisabilillah gak ya... ;) tulisan ini juga dipostkan di group Facebook - The Kalam of Sustainable Life

Saat Pakaian Dijadikan Agama

Pakaian adalah benda mati yang paling dekat dengan tubuh, tidak heran bila benda mati itu begitu banyak mendapat perhatian dari pihak luar. Dengan cepat orang luar dapat menerka kepribadian diri kita dari cara berpakaiannya. Oleh karena itu, bisa dibilang pakaian adalah cerminan dari kepribadian diri.

Ahli psikologi berpendapat, seseorang yang kurang percaya diri akan bertambah kepercayaan dirinya bila model pakaiannya mendukung karakternya sehingga lebih percaya diri. Oleh karena itu, pakaian sangat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang. Dari mulai warna pakaian, model pakaian, tekstur bahan dan ketebalan bahan. Pakaian yang sesuai dengan kepribadian akan menjadi nyaman dan mententramkan hati.

Sehingga, kebebasan seseorang menentukan cara berpakaiannya adalah hak azasi bagi manusia. Namun sesuai petunjuk Allah dalam Al-Quran surah Al-Araf 26 pakaian yang baik adalah yang menutup aurat dan indah dipandang (enak dilihat).

Batas aurat sendiripun tak pernah dikatakan dalam Al-Quran. Prof Dr. Quraish Syhab seorang ahli tafsir Al-Quran dan mantan menteri agama republik Indonesia berpendapat  “Penarikan batas aurat tidak ada di dalam Al-Quran”. Batas-batas aurat bisa dirasakan sendiri oleh hati nurani. Batas mana yang bisa menimbulkan syahwat dan yang tidak. Sehingga Dr. Quraish Syhab berpendapat berpakaian yang dinilai terhormat sudah menutup aurat.

Namun…. Berbeda dengan pandangan orang-orang di zaman sekarang. Pakaian seolah adalah sesuatu yang ritualis. Memiliki syarat-syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk mendukung agamanya. Orang beragama harus berpakaian begini, modelnya begini, tidak boleh begitu, harus tertutup bagian ini, batasnya segini, warnanya begini dll. Hal ini khususnya bagi seorang wanita. Dan bila ada yang tidak sesuai dengan syarat tersebut, seseorang akan cepat menilai, ia kurang beragama, ia kurang beriman, ia orang yang kurang baik dll.

begitupun laki-laki, pakaian yang ke arab-arab-an biasanya dipandang memiliki agama yang baik.

 Dari pola pikir dan paradigma seperti ini banyak orang melupakan tugas agama yang sebenarnya yaitu sebagai penyempurna ahlak. Agama untuk mensucikan hati dari sifat iri, dengki, sombong, riya, putus asa dll. Agama juga mengajarkan untuk jujur, tanggung jawab, berbuat adil, peduli kepada sesama dan menjaga kelestarian lingkungan. Karakter dan jati diri dari jiwa yang sebenarnya menjadi terkubur oleh penampilan luarnya yang agamis, yang ritualis, yang sesuai dengan tuntutan orang-orang untuk menjadi seorang yang beragama.

“pakaianku sudah sesuai agama, aku adalah orang yang beragama dan aku akan masuk surga”

dengan pola pikir seperti ini, preman berpakaian agamis pun takkan merasa bersalah, pembunuh berpakaian agamis pun takkan merasa bersalah, pembuat keonaran berpakaian agamis pun takkan merasa bersalah dan perusak bumi berpakaian agamis pun juga takkan merasa bersalah.  NB: dipostkan juga di The Kalam of Sustainable Life - Facebook

Fundamental dan Moderat: Jangan Bertengkar

Mungkin memang aneh, aku bisa tertarik dengan agama. Aspek kehidupan yang satu ini cukup menarik untuk dipelajari. Sebelumnya aku hanyalah anak yang suka sekali baca komik Jepang. Kemudian dari Jepang aku mengenal kebaikan hati untuk menjaga kelestarian alam. Dan kemudian dari Jepang dan alam juga aku mengenal makna dan nilai-nilai hidup yang terkandung dalam agama.

namun saat mulai mengenal agama....ternyata kusadari aku baru hanya mengenal inti-intinya saja. ihsan, iman, islam yang diajarkan dalam training The ESQ Way 165. Training itupun tak sampai membahas masalah agama yang lebih luas lagi, karena memang lembaga tersebut bukanlah lembaga agama namun hanya lembaga pendidikan moral saja. Otomatis karena sudah terlanjur mengetahui intinya dan jatuh cinta dengan konsepnya aku mulai mempelajari agama yang sebenar-benarnya.

Dalam mempelajari agama, pedoman yang paling dasar adalah Al-Quran. aku pun membacanya sedikit demi sedikit. Walau kata orang membaca langsung artinya itu berbahaya karena butuh ahli tafsir untuk bisa mengerti dan paham artinya. namun, aku tetap menyukai membaca artinya. karena membaca langsung Al-Quran akan lebih langsung pula firman Allah berucap ke hati kita.

Namun, peringatan orang-orang tersebut juga tidak sepenuhnya salah. Bahasa Al-Quran memang ada yang tidak mudah di mengerti, oleh karena itu tafsir dari seorang mufasir juga sangat diperlukan agar tidak terjadi penyalahgunaan ayat Al-Quran

Jika kuperhatikan penafsiran ayat Al-Quran terbagi dalam 2 pandangan besar yaitu Tekstual (Fundamental) dan Kontekstual (Moderate). Jika dianalogikan pandangan tekstual sama seperti seseorang yang tetap menjadi dirinya sendiri apa adanya meskipun banyak orang lain mencemoohkan atau mengkritik sikapnya istilahnya "What ever what people say". Sedangkan pandangan kontekstual maka seseorang tersebut akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, kritik dan saran dari orang akan ditanggapi dan disesuaikan dengan batasan yang seimbang (moderate) antara fundamental dan konteksnya.

Sebenarnya dua cara pandang ini sama-sama benar jika melihat sikap nabi Muhammad pada riwayat berikut:
Suatu ketika Rasulullah SAW memerintahkan pada sekelompok sahabat untuk tidak melakukan shalat asar, kecuali di perkampungan Banni Quraizah. Ternyata sebelum mereka sampai di tempat tersebut waktu asar sudah hampir habis, sehingga sebagian sahabat terpaksa melakukan shalat berdasarkan ijtihadnya, dan sebagian yang lain melakukan shalat asar setelah mereka sampai di tempat yang ditentukan Rasulullah SAW. Kelompok yang kedua ini juga melakukan ijthad dengan mengambil zahir teks perintah. Setelah kasus ini sampai kepada Rasulullah SAW, beliau membenarkan semua yang dilakukan para sahabatnya 

Hampir sama seperti Tokugawa dan Meiji di negara Jepang
Model perbedaan ini hampir sama seperti perbedaan pandangan antara Tokugawa dan Meiji di negara Jepang. Tokugawa pernah membantai pemeluk agama nasrani di Amakusa karena menghawatirkan pengaruhnya dapat merusak nilai-nilai budaya Jepang. Namun Meiji menganggap Jepang terlalu tertutup dan bisa menyebabkan keterbelakangan terhadap bangsa Jepang. Kedua kubu ini akhirnya bertarung dan pastinya menumpahkan banyak darah demi mengusung idealisme yang mereka percayai. Namun pada akhirnya baik orang-orang Meiji maupun Tokugawa mengakui bahwa kedua paham itu sama-sama benar untuk demi kebaikan bangsa Jepang. Kisah tentang Tokugawa dan Meiji bisa dilihat di banyak film samurai seperti Rurouni Kenshin, Shinsengumi atau The Last Samurai.   
Kesimpulannya…. Mari kita ciptakan perdamaian dan tak perlu saling berdebat panjang lebar sehingga timbul rasa benci dan permusuhan. Karena setiap orang akan mendapat amalannya masing-masing dari apa yang diusahakannya meskipun caranya berbeda.

Katakanlah "Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah. padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri". (Al-Baqarah:139) NB: dipostkan juga di group The Kalam of Sustainable Life - Facebook

Demi Waktu

Waktu..... adalah dimensi ke-4 dalam dunia fana. Karena waktu pulalah di dunia fana ini kita bisa bergerak, berjalan, bermain dan melakukan aktivitas. bila tidak ada waktu tentu dunia ini seperti lukisan di dinding. diam tak bergerak.

Waktu berhubungan dengan kehidupan. Sustainable atau keberlanjutan. itu adalah harapan. namun.... kenyataaannya waktu akan berhenti. berhenti bagi diri kita sendiri (mati). atau berhenti bagi semua orang (kiamat).

Terkadang kita merasa waktu begitu cepat, namun terkadang pula kita merasa waktu begitu lama. Waktu bukan hanya apa yang berdetak di dalam Jam. tetapi juga ada waktu di dalam jiwa. 

Yang menentukan waktu itu berharga, waktu itu lebih lama, waktu itu bermakna, waktu itu tidak cepat berhenti dll. adalah saat kita melakukan kebajikan dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 

Contoh kasus:

- Seorang anak menasehati ayahnya yang terkena penyakit diabetes. agar jangan makan-makanan yang manis terlalu banyak dan menjaga pola makan serta berolah raga. maka tentu sang ayah akan menjadi lebih sehat dan hidup lebih panjang. jika sang ayah tidak dinasehati mungkin sang ayah tidak bisa menjaga pola makan dan penyakit diabetes nya bisa cepat membunuhnya. 

- seorang guru menasehati muridnya agar belajar yang rajin sehingga bisa dapat pekerjaan yang menunjang hidupnya. jika sang guru tidak menasehati anak muridnya mungkin sang murid akan menjadi bodoh dan tidak dapat pekerjaan mapan sehingga bunuh diri karena nasibnya tidak baik. 

- seorang aktivis lingkungan menasehati orang-orang agar menjaga lingkungannya. jika tidak ada aktivis lingkungan yang selalu menasehati maka lingkungan akan menjadi buruk dan banyak yang meninggal karena kelaparan, kekeringan, longsor, banjir dll akibat kerusakan lingkungan. 

- seorang ustat berceramah agar umatnya menjaga kejujuran, saling tolong-menolong, bersodakoh terhadap fakir miskin dll. jika tak ada yang berceramah demikian mungkin akan banyak fakir miskin yang mati karena kelaparan dan koruptor yang tidak jujur dan mengambil uang negara.

Jika semua orang saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran dan melakukan kebajikan .... maka Waktu itu akan menjawab dengan hidup yang lebih baik, lebih indah, lebih damai, lebih tentram, lebih bermakna dan lebih sustainable.
  
"Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran" (Al-Ashr 1-3) 
NB: Di poskan juga di The Kalam of Sustainable Life

Kaizen dan Islam

Kaizen adalah prinsip orang jepang yang berarti mengambil yang baik dan membuang yang buruk dan menciptakan hal yang lebih baik dari hari kemarin. bisa juga sama seperti istilah hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

namun sebenarnya.... Prinsip Kaizen yang diteladani masyarakat Jepang ini juga ada dalam Islam.

dalam surah Al-Fatihah, ada kata-kata....
"Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang kau beri nikmat (mengambil hal yang baik), bukan jalan mereka yang kau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat (membuang hal yang buruk).

Islam juga berarti "Tangga" yang berarti hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, yang maknanya sama dengan Kaizen. 

sejak kecil mang aku mengagumi negara Jepang, dan sepertinya mang aku mengagumi negara itu yang telah berhasil menerapkan Prinsip Kaizen tersebut. 

walaupun Jepang tetap mempunyai kekurangan, namun yang kurasakan sisi positif dalam negara itu lebih banyak dari sisi negatifnya. itulah yang kurasakan. 

semoga dalam hidupku aku bisa terus menapaki jalan Shirotol Mustaqim itu atau dalam bahasa Jepangnya adalah Kaizen.

NB: Mohon maaf bila ada yang kurang suka dengan tulisan ini karena menyamakan Kaizen dengan Shirotol Mustaqim. ini hanya pandanganku aja dan mohon jangan marah.  

dipostkan juga di Group The Kalam of Sustainable Life - Facebook

Fitrah

Fitrah berasal dari akar kata f-t-r dalam bahasa Arab yang berarti membuka atau menguak. Fitrah sendiri mempunyai makna asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke asal. (Wikipedia)

Fitrah dalam istilah lain bisa disebut sebagai hakikat.

Misalnya hakikat sebuah sepatu adalah sebagai alas kaki yang berguna untuk melindungi kaki. Sampah memiliki hakikat sebagai benda tidak berguna, maka perlu dibuang ke tempat sampah. Topi pada hakikatnya adalah sebagai pelindung kepala dari sinar matahari.

Sepatu, sampah, dan topi menjadi benar bila sesuai dengan fitrahnya. Namun menjadi salah bila tidak sesuai dengan fitrahnya.

Misalnya sepatu ditaruh di kepala, topi ditaruh di tempat sampah atau sampah ditaruh di kaki. Maka sepatu, topi dan sampah akan menjadi benda yang salah.

Kesimpulannya adalah Fitrah adalah penentu kebenaran sesuatu hal. Bahwa benar atau salah tak bisa dipandang dari 1 objek saja, tetapi harus dipandang tempatnya.

Fitrah bangsa dan negara Indonesia adalah bangsa yang beranekaragam budaya, pola pikir dan keyakinan. Negara yang Indah dan Kreatif dengan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang besar. Dan kesemuanya itu adalah hasil ciptaan Tuhan. Fitrah yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia.

Karena fitrahnya itu Indonesia dikenal dengan penduduknya yang ramah dan toleransi yang tinggi. Nilai-nilai itu terangkum dalam nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika sebagai prinsip negara Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara, UUD 45 sebagai landasan hukumnya dan Demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Kesemuanya itu telah dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Rumusan-rumusan itu terwujud demi kemaslahatan masyarakat di Indonesia. Bukan demi suatu golongan tertentu yang akan menjerumuskan bangsa Indonesia keluar dari fitrahnya.

Salam 45`

"sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja). Tetapi Allah akan menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan." (Al-Maidah : 48)

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum : 30)